Fungsi gunung menurut Al-Qur'an dan Sains



A.    Pendahuluan :
            Perlu digarisbawahi bahwa Al-Qur’an bukan suatu kitab Ilmiah sebagaimana halnya kitab-kitab ilmiah yang dikenal selama ini. Namun demikian, karena Al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi kebahagiaan dunia dan akhirat, maka tidak heran jika di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tersirat dan tersurat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, guna mendukung fungsinya sebagai kitab petunjuk. Dalam wahyu pertama, dikemukakannya beberapa prinsip pokok pandangannya tentang ilmu serta pemanfaatannya. Secara sedikit rinci persoalan ini penulis uraikan dalam buku Wawasan Al-Qur’an.
            Perlu dicatatat bahwa hakikat-hakikat ilmiah yang disinggung oleh Al-Qur’an, dikemukakannya dalam redaksi yang singkat dan sarat makna, sekaligus tidak terlepas dari ciri umum redaksinya yakni memuaskan orang kebanyakan dan para pemikir. Orang kebanyakan memahami redaksi tersebut ala kadarnya, sedangkan para pemikir melalui renungan dan analisis mendapatkan makna-makna yang tidak terjangkau oleh orang keabnyakan itu. Sesungguhnya Al-Qur’an merupakan suatu karya dengan uraian cermat yang sesuai dengan hasil ilmu pengetahhuan, dan sekaligus merupakan bukti dari gaya kitab suci Al-Qur’an yang tidak dapat ditiru yang perlu kita ketengahkan untuk lebih memperkuat keyakinan orang-orang yang beriman, dan untuk memperlihatkan satu segi dari gaya Al-Qur’an yang mengagumkan itu, baik dalam menjelaskan hal-hal yang bersifat ilmiah sekalipun.
            Didalam pembahasan ini kami sedikit mengulas dan menjabarkan mengenai mukjizat Al-Qur’an yang berhubungan dengan Gunung, baik itu penciptaannya maupun fungsinya, kami mencoba menjelaskan ayat-ayat yang berhubungan dengan gunung melalui dua kacamata yang pertama menggunakan kaca mata penafsiran klasik dan tafsir kontemporer dan Ilmiah,  karena apabila kita hanya menjelaskan dari penjelasan klasik ataupun penjelasan secara global itu tidak cukup apabila dilengkapi dengan bukti-bukti kongkret dan Ilmiah itu menjadikan lebih baik dan lebih mudah untuk dipahami selain itu agar kita juga dapat mengetahui bahwa semua yang ada di alam ini sudah diatur dalam kitab suci Al-Qur’an dan sudah di jelaskan semua baik itu mengenai penciptaan langit, bumi, gunung, manusia, bintang, tumbuhan, hewan, semuanya sudah di cantumkan dalam Al-Qur’an.
            Tetapi jika kita melihat secara kongkret terutama yang ada di masyarakat sekitar kita, banyak sekali orang-orang yang setiap hari nya rajin membaca Al-Quran bahkan Al-Qur’an sekarang hanya digunakan untuk mendoakan orang meninggal. Padahal hal semacam itu salah, mengapa demikian? Karena allah menurunkan Al-Qur’an digunakan untuk petunjuk di bumi dan sebagai tuntunan kita agar nantinya selamat dunia dan akhirat, tetapi orang orang hanya menggunakannya sebagai sarana mendoakan orang meninggal tanpa mengerti maksud dari ayat-ayat yang mereka lantunkan, padahal kalau kita kaji lebih dalam Al-Qur’an sudah mencakup segala hal yang ada di bumi ini.
B.     Pembahasan :
Dalam tulisan ini kami menjelasakan berbagai macam ayat yang berbunyi mengenai Gunung baik penciptaannya,fungsi,pergerakannya dan sebagainya, apabila dilihat dari dua kacamata yang berbeda tentunya isinya juga berbeda karena seperti yang sudah kami ulas di Pendahuluan bahwa penjelasan Klasik dan komprehensif sangatlah berbeda tetapi kita kaitkan dengan penjelasan Sains secara ilmiah.
Adapun hal-hal yang dibahas dalam tulisan ini adalah:
1)      Gunung-gunung dipancangkan dengan teguh (QS An-Naziat :32)
2)      Gunung-gunung sebagai pasak bumi dan fatamorgana                      (QS An-Naba : 7 & 20)
3)      Pergerakan gunung (QS An-Naml :88 Ath-Thuur :10)
4)      Gunung-gunung ditegakkan (QS Al-Ghaasiyah : 19)
C.    Tujuan :
Tujuan dari tulisan ini kami ingin menjabarkan pembahsan mengenai gunung-gunung yang memiliki fungsi sebagai pasak dan di pancangkan dengan teguh untuk kelangsungan hidup makhluk yang ada di bumi. Jadi selain penjelasan global kami juga menjelaskan isi dari tulisan ini secara ilmiah yakni menggunakan tafsir klasik dan tafsir modern yang dikaitkan dengan ilmu kealaman yang berpedoman kepada kitab suci Al-Qur’an dan untuk mempermudah kita dalam mengenal dan belajar apa saja yang selama ini belum kita ketahui ternyata semuanya sudah tercantumkan dalam Al-Qur’an, Maha besar Allah.

1.      Surat An-Naziat : 32
وَلْجِباَلَ أَرْسَهَا
Dan gunung-gunung dia pancangkan dengan teguh”
Dalam ayat ini Gunung diibaratkan sebagai pasak, Yang biasa menahan ternda berdiri kokoh apabila diikatkan kepadanya. Ini adalah suatu contoh pernyataan ilmiah yang orisinal. Tak seorang pun dapat memahaminya kecuali mereka yang ahli di bidang geologi. Setelah orang mencapai kemajuan sebagai hasil peradaban, dan geologi menjadi bidang kajian yang nyata, barulah orang mengetahui,bahwa tanpa adanya gunung kerak bumi yang padat pada hakikatnya tidak akan stabil, sebagai akibat dari ketidakseimbangan yang terus-menerus antara isi peru bumi yang padat, dan juga faktor-faktor penggundulan (denudation factors) yang dialaminya. Hal ini akan dibicarakan kemudian secara terinci. Marilah sekarang kita ambil ayat-ayat lain yang mengandung makna yang sama.[1]
Gunung-gunung dengan jelas disamakan dengan sesuatu yang kokoh, yang dipancangkan dibumi untuk menjaga keseimbangan dari kerak bumi. Ini tidak diragukan lagi merupakan gaya ilmiah Al-Qur’an yang tak dapat ditiru, yang diturunkan berabad-abad yang silam, tapi baru pada zaman kita sekaranglah orang dapat memahami maksudnya. Hal ini tidaklah mengherankan, karena Al-Qur’an akan tetap menjadi petunjuk yang kekal dan mukjizat yang abadi sepanjang masa.
Ditinjau dari segi Ilmiah maksud ayat diatas Dipancangkannya gunug-gunung menjadikan mantapnya lapisan atas bumi. Dengan adanya gunung-gunung ini pula maka panas bumi mencapai tingkat sedang sehingga layak bagi kehidupan.[2] Substansinya adalah dimana dengan adanya gunung-gunung ia dapat berfungsi banyak bagi kehidupan karena gunung berperan menyimpan cadangan air, tempat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan dan bisa menerima sinar matahari dengan baik seperti terjadinya proses fotosintetis pada tanaman.dan dengan peran dan fungsinya yang begitu bessar bagi makhluk hidup di dunia maka gunung menjadi tempat sekaligus penguat bumi menjadikan makhluk yang berada disekelilingnya terlindungi dan dapat melangsungkan hidup sehai-hari.
2.      An-naba : 7 dan 20
وَالْجِبَالَ أَوْتاَدًا
            “Dan gunung-gunung sebagai pasak ?”
وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا
“dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia”

Dalam ayat ke 7 penjelasan yang ada didalam nya tidak jauh berbeda dengan surat An-Naziat : 32 bahwa gunung di pancangkan sebagia pasak bumi. dijelaskan bahwa hingga abad ke 16, sekitar 5000 tahun lalu, meskipun beberapa orang yunani telah memiliki gagasan ini, pada umumnya orang belum tahu kalau bumi adalah planet. Pengmatan di masa itu memabantu orang untuk mengetahuinya.pada abad ke 20 manusia meyakini lokasi bumi di tata surya. Bumi adalah planetketiga dari matahari dan planet terbesar ke lima.
Para ilmuan percaya bahwa bumi memiliki inti besi dengan suhu 7,500 derajat celcius (13,500 derajat F). Suhu ini bahkan lebih panas dari permukaan matahari namun kamu tidak pernah merasa sedikitpun panas yang luar biasa itu, kamu dapat duduk tenang dikelas sambil mendengarkan gurumu atau terlelap ditempat tidurmu. Kerak bumi melindungi kita dari panas itu. Allah sangat sayang pada kita karna allah telah menciptakan kerak bumi yang cukup tebal untuk menjaga kita dari panas bumi, selain itu allah menciptakan atmosfer yang nyaman bagi kita. Allah juga memberikan kemampuan tumbuh-tumbuhan untuk memlihara keseimbangan oksigen dan karbondioksida.Struktur bumi dan keseimbangan yang sempurna padanya membuktikan bahwa bumi ini dirancang secara khusus bagi manusia untuk hidup.[3]
Dari atmosfer hingga geografisnya, dari jarak terhadap matahari hingga segala bentuk keseimbangan yang ada, bumi adalah planet khusus yang diciptakan untuk mendukung kehidupan. Tapi ayo kita bandingkan bumi kkita dengan akuarium. Akuarium menyediakan kkondisi yang sesuai bagi ikan-ikan. Ada pengantar panas untuk menjaga suhu air, ada motor sirkulasi udara, dan pasir-pasir yang ditempatkan di dasarnya. Terdapat butiran khusus yang diletakkan dalam air. Terdapat tutup pelindung akuarium, sistem penyaringan yang terus-menerus menyaring air, dan pemberian makan yang teratur, semuanya ini mendukung kehidupan ikan di dalam akuarium.
Meskipun demikian, ikan di akuarium tidak menyadari keberadaan lingkungan buatan ini, mereka merasa hidup secara alami atau dalam lingkungan yang ada secara tiba-tiba. Mereka tidak menyadari bahwa seseorang telah menyediakan pengatur panas dan menyetel air atau memfungsikan motor fentilasi didalam air. Mereka juga tidak tahu yang menyediakan makanan secara tiba-tiba  dipermukaan air. Meskipun demikian, sumbernya jelas, pemilik akuarium yang menyediakan segalanya yang diperlukan ikan.
Jelasnya hidup dibumi memerlukan sistem yang lebih berat dari pada kehidupan didalam akuarium.
Manusia yang bijaksana tidak menghabiskan hidupnya tanpa kepedulian seperti ikan dalam akuarium, ia memahami bahwa bumi diciptakan baginya dan bumi memiliki pencipta dan pengatur pasti allah telah mengatur keseimbangan yang sempurna ini dan mengaturnya hinggs bumi bisa menjadi tempat kehidupan. Manusia yang cerdas tentu ingin mengetahui tuhan yang telah me,berikan keberkahan hidup kepadanya dan mempelajari apa yang allah inginkan darinya. Dalam kitab yang allah turunkan kepada kita allah memberikan kesempakan pada kita untuk mengenalnya sekaligus mengetahui harapannya pada kita.jelaslah allah membuat kesimbangan sempurna dan aturan yang membuat hidup menjadi mungkin, allah berfirman dalam surat Al-Anbiya : 31-32 .
Allah merancang menyeimbangkan dan menyelaraskan setiap yang ada dibumi agar kita dapat hidup.seseorang yang menyadari hal iini perlu untuk percaya akan kekuatannya yang tak terbatas dan mensyukkuri apa yang diberikannya. Sekarang gunung sebagai pasak menjadi salah satu indikator keseimbangan dibumi seperti yang sudah dijelaskan diatas, dimana tumbuh-tumbuhan memberikan banyak konstribusi dalam keseimbangan alam dan gunung sebagai faktor dimana tumbuh-tumbuhan itu bertumbuh.
Jika dilihat dari kacamata Ilmiah gunung-gunung memiliki akar yang berada didalam permukaan tanah (Eart, Press dan Siever,hal.413)
didalam buku yang berjudul Earth yang ditulis oleh Profesor Emeritus Frank Press buku tersebut menyatakan bahwa gunung-gunung mempunyai akar dibawah mereka. Akar ini menghunjam dalam sehingga seolah olah gunung mempunyai bentuk bagaikan pasak.
Gunung sebagai Pasak - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an


Gunung sebagai pasak memiliki akar yang menghunjam dibawah tanah (Anatomy of the Earth, Cailleux, hal.220)

           
            Ilmu bumi modern telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar didalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari ketinggian mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat untuk menggambarkan gunug-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata “Pasak” karena bagian terbesar dari sebuauh pasak tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar yang dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19. Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam menyetabilkan kerak bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah.[4]
Sedangkan pada ayat ke 20 dijelaskan bahwa sanya Gunung-gunung yang menjadi pasak bumi dijalankan hingga menjadi fatamorgana, ia dihancur leburkan, berantakan, berhamburan ke udara,digerakkan angin, karena itu ia tidak ada wujudnya lagi bagaikan fatamorgana.atau ia yang telah menjadi debu itu di terpa cahaya sehingga menjadi seperti fatamorgana.Sungguh menakutkan dan mengerikan terjadinya keamburadulan alam yang dipandang mata itu sebagaimana menakutkannya ketika manusia dihamparkan setelah di tiupnya sangkakala. Inilah hari keputusan yang seudah ditentukan bakal terjadinya itu dengan hikmah dan rencana allah.
Jika dilihat dari kaca mata Sains uraian diatas menerangkan tentang kegiatan ke arah terbentuknya gunung, ketika berlangsung revolusi geologis yang pertama, yang disebabkan oleh gangguan-gangguan yang menggelontaran isi perut bumi dengan kemunculan daratan dan menjulangnya gunung tua diatasnya. Dengan hasil kerja faktor-faktor pengikisan yang memecah dan membelah gunung, setelah itu mengangkut sisa-sisa kedasar laut dan samudera yang dalam, maka kemudian terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Dari sini kerak bumi mulai memperbaiki keseimbangan yang terganggu, dasar samudera berangsur-angsur terangkat hingga air bah terjadi dan timbul laut-laut baru di sisi-sisi daratan dengan meninggalkan jejak berupa sedimen seperti kita saksikan kini, sebagaimana juga telah disebutkan. Jelasnya, secara ilmiah gunung- gunung itu harus dianggap sebagai anak timbangan yang memelihara kesetimbangan neraca kerak bumi, dan kemudian menjaganya supaya tetap kokoh tanpa dapat diremukkan atau dihancurkan selama berabad-abad, dan selama itu pula keseimbangan tetap tergoyahkan, sekalipun mengalami tekanan tinggi dari bagian dalam bumi, dan gerakan arus yang lambat memikul timbangan. Makna yang mengagumkan ini sama benar dengan dengan apa yang telah disinggung oleh ayat Al-Qur’an yang telah dikutip terdahulu.[5]
Menurut filsafat Organisme yang menjadi satuan dasar dari alam alam ini adalah bahwa unit-unit tidak statis, tetapi harus tumbuh, berlalu, menyesuaikan diri. Mereka juga disebut peristiwa-peristiwa atau kesempatan-kesempatan secara tidak tidak berbeda (Lawrence. 1954 : 262) Jadi dunia Aktual ini adalah himpunan peristiwa-peristiwa, sebagai hasil dari interaksi unsur-unsur formatif. Setiap peristiwa itu bersegi fisik dan mental atau bersisi lahir dan batin. Dunia ini bukan hanya fisik, atau hanya mental, juga bukan hanya satu dengan bagian-bagian sub-ordinatof. Bukan juga sudah selesai atau yang secara esensial dikatakan sebagai statis, sedang perubahan disifatkan sebagai ilusif. Semesta adalah ganda sebab,dalam arti yang sepenuhnya, ia bersifat sementara dan kekal.[6] Alam adalah berbagai sebab yang secara keseluruhan dan secara lengkap untuk dianalisis ke dalam berbagai aktualitas finalnya. disebutkan dalam al-Qur’an bahwa sekiranya gunung-gunung yang laksana pasak menancap di bumi itu tiada maka hal itu akan mengeluarkan bumi dari kondisi ekuilibrium. Dan sebagai hasilnya kehidupan tidak akan berlangsung di dalamnya.
 disebutkan dalam al-Qur’an bahwa sekiranya gunung-gunung yang laksana pasak menancap di bumi itu tiada maka hal itu akan mengeluarkan bumi dari kondisi ekuilibrium. Dan sebagai hasilnya kehidupan tidak akan berlangsung di dalamnya
Pada ayat-ayat ini, digunakan redaksi-redaksi seperti, “an tamida bikum” (supaya bumi itu (tidak) mengguncangmu) dan “an tamida bihim” (supaya bumi itu (tidak) mengguncang mereka)yang mengungkapkan tiadanya keseimbangan dan ekuilibrium. Sekarang apa yang dimaksud dengan tiadanya keseimbangan ini? Apakah bermakna tiadanya keseimbangan bumi dan penyimpangan dari lintasannya? Atau hantaman taufan yang sangat kencang dan pada akhirnya, tiadanya stabilitas segala sesuatu yang terdapat di muka bumi? Dan seterusnya?  Bagaimana pun, apa yang dipandang sebagai sesuatu yang pasti dalam al-Qur’an dan riwayat-riwayat juga menegaskan hal itu, adalah bahwa ditancapnya bumi dengan gunung-gunung berguna sebagai penata perputaran kehidupan sistemik di dalamnya.









3.      An naml :88
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ سَيىْءِ أِنَّهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ
Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap ditempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (itulah) ciptaan allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, dia maha teliti apa yang kamu kerjakan.
4.      Ath thur  :10
وَتَسِيْرُ الْجِبَالُ سَيْرًا
Dan gunung-gunung berjalan (berpindah-pindah)
Dalam dua ayat diatas penjelasannya berisi dari hasil rekaman satelit diperoleh bukti bahwa Jazirah Arab beserta gunung-gunungnya bergerak mendekati iran beberapa sentimeter setiap tahunnya. Sebelumnya sekitar lima juta tahun yang lalu JazirahArab bergerak memisahkan diri dari Afrika dan membentuk laut merah. Sekitar daerah Somalia sepanjang pantai Timur ke selatan saat ini berada dalam proses pemisahan yanng lamban dan telah membentuk “Lembah Belah” yang membujur ke selatan melalui deretan danau Afrika. Itulah agaknya yang dimaksud oleh ayat di atas dengan berjalannya awan.[7]
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuawan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjahui. Para ahli geogologi memahami kebenaran pernyataan wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya.
Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan pangaea. Daratan ini terletak dikutub selatan. Sekitar 180 juta tahun lalu, pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak kearah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika , Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan –daratan yang lebih kecil. Benua- benua yang terbentuk menyusul terbela hanya pangaea telah bergerak pada permukaan bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan dibumi.
Pergerakan kerak bumi iini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut : Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar.



5.      Al ghasiyah : 19
وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
”Dan gunung-gunung , bagaimana ditegakkan?”
Ayat ini menjelaskan bahwa sudah Jelas bahwa dimaksud al-Qur’an bukanlah bahwa gunung-gunung tersebut memiliki bentuk seperti pasak, karena kebanyakan gunung yang dapat disaksikan dengan mudah oleh manusia, memiliki bentuk-bentuk yang lain. Sejatinya, al-Qur’an berada pada tataran menjelaskan bahwa gunung-gunung tersebut memainkan peran sebagaimana pasak. Hal ini juga ditandaskan pada ayat-ayat lainnya yang menyebutkan pemancangan gunung-gunung
Gunung-gunung bangi bangsa arab merupakan tempat berlindung, teman,dan sahabat. Pemandangannya mengisyaratkan kebesaran dan keagungan di dalam hati manusia secara umum.karena, dengsn berada disisinya,manusia tampak kecil dan kerdil, tunduk merendah kepad keagungan yang tinggi dan teguh. Jiwa manusia dipuncak gunnug lebih tertuju perhatiannya kepada allah. Ia merasakan bahwa ia lebih dekat kepadanya,dan jauh dari hiruk-piruk bumi dan segala sesuatunya yang remeh dan kecil. Tidaklah sia-sia dan tidak kontroversional jika nabi Muhammad saw . bertahannuts di Gua Hira’dijababl Nur. Pasalnya.Orang-orang yang hendak berdialog dengan diriinya pada suatu waktu mengarahkan pandangannya ke gunung.
Pemandangan umum yang meliputi pemandangan langit yang tinggi dan bumi yang terhampar,dalam jangkauan yang amat jauh dengan gunung-gunung yang menonjol dan “ditegakkan” urat-uratnya hingga  tidak sirna dan dan terlempar, dan unta-unta yang menonjol punuknya, adalah dua garis pokok yang terdapat dalam pemandangan yang besar dan hamparan yang luas membentang. Akan tetapi ,ia juga merupakan isyarat yang indah jangkauan dan arahnya. Semuanya dipaparkan oleh Al-Qur’an dengan metodenya sendiri di dalam membebarkan pemandangan,dan di dalam ungkapan-ungkapannya dalam melukiskan dengan cara yang ringkas.
6.    Fathir : 27
أَلَمْ تَرَأَنَّ اللهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَتِ مُّخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌمُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَا بِيْبُ سُوْدٌ
Artinya :
tidakkah engkau melihat bahwa allah menurunkan air dari langit lalu dengan air itu kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.


D.    PENUTUP
Kesimpulan :
            Allah menciptakan gunung sebagai penyeimbang, penguat, dan peneguh bumi agar dapat menopang segala sesuatu yang ada di bumi baik itu tumbuhan hewan dan manusia,sebagai kelangsungan hidup makhluk yang ada dibumi. Gunung senantiasa memantapkan dan menjaga keseimbangan bumi antar dataran tinggi dan dataran rendah gunung dan lautan. Semua yang sudah allah ciptakan terutama yang ada dibumi bisa kita pelajari langsung tidak hanya mengacu kepada buku-buku ilmiah saja tetapi allah telah mempersiapkan dari dulu semuanya dikemas lengkap di dalam al-qur’an hanya saja tinggal kita sebagai khalifah mau berusaha atau tidak sedangkan alah sudah menyediakan semuanya di dalam Al-Qur’an.



Saran :
            Terdapat beberapa saran dalam tulisan ini terutama mengenai penjelasan ilmiah tentang lempengan dan kerak bumi dan juga akar yang menghujam di dalam gunung
Daftar Pustaka
Shihab,Quraish. 1997. Mukjizat Al-Qur’an, Bandung : mizan.
Supadjar,Damardjati. 2000. Filsafat Ketuhanan, Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru.
El Fandy, Jamaluddin. 1991. Al-Qur’an tentang alam semesta, Jakarta : Bumi Aksara.
http://www.al-habib.info/(5januari2015)
Harun yahya, keajaiban Al-Qur’an, Pdf










[1] Muhammad Jamaludin El Fandy, 1991,Al-Qur’an tentang alam semesta,hlm 70-71.
[2] Sayyid Quthh,2007, Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an,hlm 224.
[3] Harun yahya, keajaiban Al-Qur’an
[4] http://www.al-habib.info/(5januari2015)
[5] Muhammad Jamaludin El Fandy, 1991,Al-Qur’an tentang alam semesta,hlm 75.

[6] Damardjati Supadjar,2000, Filsafat Ketuhanan,hlm 75-77.
[7] M Quraish Shihab,1997,mukjizat Al-Qur’an.hlm 187-188

Comments

Popular posts from this blog

NABI MUHAMMAD DAN PELETAKAB DASAR-DASAR PERADABAN ISLAM SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)

Puisiku : putri kecil